Manusia yang Bermanfaat….

Semangat dan Bermanfaat!

-tagline SOSMAS BEM UI 2011

Semangat untuk hidup lebih bermakna!

-tagline hidup seseorang

Dua quotes di atas mengingatkan saya pada sebuah hadist yang selalu membuat saya kembali termotivasi ketika iman sedang turun. Hadist ini dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir.
 

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Hadits ini di-shahih-kan oleh al Albani di dalam “ash-Shahihah”-nya.

عن ابن عمر ، أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله ؟ وأي الأعمال أحب إلى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس ، وأحب الأعمال إلى الله سرور تدخله على مسلم ، أو تكشف عنه كربة ، أو تقضي عنه دينا ، أو تطرد عنه جوعا ، ولأن أمشي مع أخ لي في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد ، يعني مسجد المدينة ، شهرا ، ومن كف غضبه ستر الله عورته ، ومن كظم غيظه ، ولو شاء أن يمضيه أمضاه ، ملأ الله عز وجل قلبه أمنا يوم القيامة ، ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى أثبتها له أثبت الله عز وجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام »

Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

Hadits ini di-hasan-kan oleh Syeikh al Albani didalam kitab “at Targhib wa at Tarhib” (2623)

 

Wallahu A’lam

Sumber: era muslim

Bank (Syariah), Asuransi, Pegadaian… #1

Intro:
Sudah lama saya tidak meng-update blog ini yang waktu di awal pembuatannya saya harapkan bisa menularkan spirit positif untuk pembaca. Kesibukan di kampus cukup menguras energi dan waktu yang seharusnya bisa saya transferkan juga dalam bentuk tulisan. Oke, insya Allah nanti lebih produktif lagi mengisi waktu senggang.

Next, seperti judul yang ada di atas, saya cuma ingin sedikit berbagi dan mungkin bisa juga dibilang berkeluh kesah terkait kebimbangan saya mempersiapkan diri pasca kampus, walau masih menyandang titel mahasiswa tetapi kegiatan yang saya lakukan sudah harusnya bisa disebut pasca kampus, karena jarang sekali saya berkunjung sekedar makan di kantek atau berdiskusi di lotek, selasar jurusan, atau ber-“istirahat” di mustek…

To the point, sebenarnya apa yang menjadi kebimbangan saya?

Orang tua saya adalah tipikal orang tua yang demokratis. Ini terbukti sejak saya masih duduk di sekolah lanjutan atas. Ketika teman-teman saya gusar karena berbeda pendapat dengan orang tuanya dalam menentukan pilihan untuk melanjutkan studinya, saya justru bingung sendiri karena orang tua saya menyerahkan sepenuhnya pada saya pilihan yang akan saya jalani, walaupun tentunya ketika saya minta saran tentang pilihan tersebut dan prospeknya, orang tua saya, terutama Bapak saya, menjelaskan dengan detil.

Tapi, sekarang beda! Persiapan pasca-kampus ini sering membuat perbedaan pendapat antara Bapak dan Ibu saya. Kalo masalah kerjaan misalnya, Ibu saya menyarankan sebaiknya tidak mengambil ranah kerja yang tidak diridhai dalam Islam. Ya, pastinya semua kerjaan haram itu (insya Allah) akan saya hindari. *ya iyalah yaa…. 😉
Berikut perbincangan saya dan orang tua di suatu ketika sharing session ala keluarga saya ^_^

saya     :  wah, ada lowongan IT development program di Bank “XYZ”

ibu       : jangan deh, mbak! yang berhubungan dengan bank, pegadaian, asuransi, dan sebagainya jangan deh ya, mbak! DIHINDARI!

saya     : kalo bank syariah?

ibu       : mana ada di Indonesia bank syariah yang beneran?

bapak : yauda, dicoba aja! cari kerja sekalian yang bonafit! gaji 15juta gitu! *sambil senyum2*. gapapa kalo mau bank juga, dicoba aja, siapa tahu emang rejeki. kan Allah sudah menentukan rejeki masing2 orang. kalo belum jodoh dan ga diridhai Allah juga ga akan dapet…

Oke, cukup sekilas, sampe di 2 statement terakhir Bapak dan Ibu saya.

Ya, jelas sekali perbedaan pendapatnya. Bapak saya selalu mendukung positif demi kemajuan saya. Kalo saya tangkap ya, Bapak saya itu tipikal orang Experienced Oriented. Yang penting ilmu, ilmu, dan ilmu!

Tapi disini saya tidak akan membahas panjang tentang masalah perbedaan ini. Karena saya tipe orang yang masih mengakui bahwa perbedaan adalah racikan bumbu istimewa yang dapat membuat hidup lebih berwarna dan membuat kita memiliki banyak kosakata dalam pengambilan suatu keputusan di situasi-situasi berbeda ^^

Yang akan saya bahas lebih detil adalah tentang statement Ibu saya,

mana ada di Indonesia bank syariah yang beneran?

Yang ditakutkan ibu saya adalah terkait perputaran uang yang ada di 3 istilah yang terpapar dalam judul di atas. Hal ini yang sering kita kenal dengan nama RIBA.

Image

Continue reading

Malam…

 

Continue reading